Matauro.id, Banda Aceh- Gempa bumi mematikan berkekuatan 7,8 magnitudo yang mengguncang Turki bagian tengah dan barat laut Suriah pada Senin, 6 Februari 2023 pukul 04:17 pagi waktu setempat, telah menimbulkan kerusakan dalam skala yang cukup besar.
Hingga kini korban yang dinyatakan meninggal telah mencapai 4.372 orang dengan rincian 2.921 korban di wilayah Turki dan 1.451 jiwa di Suriah, dan masih akan bertambah seiring proses evakuasi yang terus berlangsung. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan korban jiwa dapat menembus angka 20.000 orang.
Diperkirakan sampai saat ini terdapat ribuan orang yang masih terperangkap di dalam ratusan bangunan runtuh. Sementara kondisi hujan, cuaca dingin dan gempa susulan kian mempersulit proses evakuasi di beberapa wilayah, seperti daerah Diyarbakir, Kahramanmaras dan Gaziantep.
Para tim penyelamat kini berpacu dengan waktu di tengah prakiraan cuaca yang memprediksikan sejumlah wilayah terdampak gempa akan dihantam cuaca buruk.
Sebagaimana dilansir BBC, beberapa lokasi gempa diperkirakan akan dilanda hujan lebat, sedangkan suhu akan turun sampai 3 atau 4 derajat celcius di siang hari dan 0 celcius pada malam hari.
Kemudian salju setebal 3 hingga 5 cm diprediksi akan turun, dan di wilayah utara Turki hujan salju bisa lebih lebat. Sejauh ini setidaknya 2.800 bangunan dilaporkan hancur, yang membuat proses evakuasi korban kian sulit dan ribuan orang tidak akan punya tempat berlindung.
Namun, apa yang membuat gempa Turki dan Suriah menjadi sedemikian mematikan dan bagaimana fakta-fakta terkini seputar gempa di wilayah tersebut?
Matauro merangkumnya dalam tujuh informasi dan fakta penting terkait gempa Turki dan Suriah.
1. Turki Berada di Zona Gempa Paling Aktif di Dunia.

Turki dilaporkan berada di salah satu garis gempa paling aktif di dunia. Pada tahun 1999 gempa bumi yang mengguncang garis patahan Anatolia Utara yang berada di daerah Duzce, Turki, telah menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Akan tetapi gempa kuat yang terjadi pada Senin, 6 Februari kemarin berpusat di sisi lain Turki, yaitu di sepanjang garis sesar Anatolia Timur.
Penyebab utama gempa tersebut menurut ahli vulkanologi dan komunikasi risiko bencana University of Portsmouth, Carmen Solana, adalah terjadinya gesekan antara lempeng Arab yang bergerak ke arah utara dengan lempeng Anatolia. Gesekan ini membuat masing-masing lempeng tersentak ke barat dan yang lain ke timur, sehingga menimbulkan gempa yang dahsyat.
Diketahui zona sesar Anatolia Timur selama ini tidak pernah mengalami gempa bumi dengan kekuatan 7 magnitudo selama dua ratus tahun terakhir, menurut Peneliti Kehormatan Survei Geologi Inggris, Roger Musson, sebagaimana penuturannya kepada AFP. Atas fakta sejarah tersebut, menurut Musson, membuat orang-orang di kawasan itu mengabaikan potensi betapa berbahayanya patahan Anatolia Timur tersebut.
2. Pusat Gempa yang Dangkal

Pusat gempa bumi terjadi di wilayah Kahramanmaras yang menjadi bagian dari provinsi Gaziantep, berjarak 700 kilometer tenggara ibukota Ankara.
Gempa yang melanda Turki dan Suriah menurut Survei Geologi AS bersifat tektonik, berpusat pada jarak 17,9 kilometer di kedalaman bumi. Ini berarti pusat gempa sangat dangkal, yang membuat gempa ini memunculkan suara yang mengerikan dan mengeluarkan energi yang jauh lebih besar daripada gempa yang berpusat di kedalaman kerak bumi.
3. Lemahnya Konstruksi Bangunan

Meski Pemerintah Turki pada tahun 2004 telah mengesahkan aturan yang mewajibkan semua bangunan baru harus memenuhi standar modern yang tahan gempa, yang dilanjutkan oleh kampanye politik Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk menjadikan program konstruksi bangunan kuat sebagai kebijakan prioritasnya pasca gempa 2020, tetapi sejumlah pihak meragukan bahwa aturan tersebut benar-benar dipatuhi.
Hal ini juga kian menguat dengan banyaknya bangunan-bangunan tua yang masih digunakan sebelum terjadinya gempa Senin (6/2) kemarin. Bahkan menurut Musson, konstruksi bangunan di sejumlah wilayah Turki tidak benar-benar memadai untuk zona rawan gempa.
Sementara, terkait dengan kondisi bangunan pasca gempa di kawasan Suriah, pakar vulkanologi di University College London, Bill McGuire, menyebutkan bahwa banyak bangunan di Suriah yang konstruksinya kian melemah yang diakibatkan oleh perang yang berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun terakhir.
4. Terjadi Saat Banyak Warga sedang Terlelap

Diketahui gempa berkekuatan 7,8 magnitudo terjadi pada dini hari, sekitar pukul 04:17 waktu setempat. Ini berarti kebanyakan orang masih terlelap di rumah masing-masing dan membuat mereka terjebak di dalam bangunan ambruk saat diguncang gempa.
5. Suriah Minim Sumber Daya

Suriah, Aleppo dan Hama mengalami dampak gempa yang cukup hebat dengan banyak bangunan yang dilaporkan runtuh.
Sebagaimana dilansir Al Jazeera, sejumlah organisasi kemanusiaan mengkhawatirkan jumlah korban tewas di Suriah akan terus bertambah. Saat ini sudah ada lebih dari 1.451 korban jiwa yang tercatat, sementara dilaporkan ada banyak lagi yang belum dievakuasi, baik yang sudah meninggal maupun yang masih terjebak dalam reruntuhan. Hal ini disebabkan Suriah kekurangan tim evakuasi dan perlengkapan keadaan darurat.
Gempa ini kian mempersulit warga Suriah yang selama bertahun-tahun bertahan hidup dalam perang yang tak kunjung berkesudahan, dan ini menjadi “pukulan” yang cukup signifikan bagi kehidupan rakyat Suriah yang rentan.
6. Gempa Susulan

Berdasarkan rilis badan cuaca dan geofisika Amerika Serikat (USGS), setelah gempa pertama berkekuatan 7,8 magnitudo, terdapat ratusan gempa susulan lainnya yang terus terjadi. Di antara gempa susulan tersebut, lembaga ini mencatat ada sekitar 34 gempa susulan yang berkekuatan besar dengan skala 4 hingga 7,5 magnitudo yang mengguncang wilayah Turki dan Suriah.
7. Turki Minta Bantuan Internasional

Dikutip dari CNN, gempa yang terjadi pada Senin (6/2) kemarin merupakan gempa dengan daya rusak terbesar yang dialami Turki sejak gempa besar pada 1932 yang menewaskan 30.000 jiwa. Dalam 25 tahun terakhir, Turki sudah mengalami tujuh gempa berkekuatan 7 magnitudo, tetapi gempa yang terjadi pada Senin pagi kemarin adalah yang paling kuat.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyatakan bahwa tim pencarian dan evakuasi sudah dikirim ke lokasi terdampak gempa, tetapi ia mengakui bahwa negaranya butuh dukungan dan bantuan dunia internasional untuk penyelamatan, evakuasi, dan rehabilitasi.
“Kami berharap dapat melewati bencana ini bersama secepat mungkin”, kata Erdogan di Twitter.