Ia sengaja membawa kuas dan paletnya sendiri malam itu. Sebuah lampu yang digunakan untuk menerangi kanvas bahkan ditaruh di sebelah kanan, menemaninya dengan setia, menyaksikan kuas kecil yang ujungnya telah dipotong jirus melayuk dalam kuasa jemari.
Mungkin ia terinspirasi oleh Themis atau Iustitia, perempuan dengan pedang dan timbangan, simbol keadilan yang matanya ditutup. Perempuan dalam lukisan itu dibalut pasmina dan dedaunan serta mata tertutupi selendang merah.
Ada lima bunga berwarna kuning kemerahan dengan kelopak yang mekar terlihat mengambang, tiga di sisi kanan, dua terapit di telinga. Masih belum jelas apakah itu Dahlia atau Marigold.
Ia juga suka mencampurkan warna kuning dan hijau lalu menarik lekukan-lekukan panjang yang membentuk pola dedaunan yang malah lebih mirip dengan tarian rumput laut.
Di sana ada kesan kelam yang keluar lewat latar berwarna hitam serta tangkai putih yang bentuknya lebih menyerupai akar atau bahkan bunga petir. Ia menyelesaikan lukisan tersebut hampir tiga jam lebih.
Lukisan berdimensi sekitar 70×55 sentimeter ini kelak digantung di antara puluhan lukisan yang dipampang secara khusus dalam ekshibisi selama 16 hari yang digelar oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh untuk memperingati 16HAKtP (16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan).

Arabiyani, pembuat lukisan itu adalah “banyak hal”. Ia dulu bergabung dalam organisasi kemahasiswaan revolusioner, dan tercatat di antara daftar nama perempuan yang menghiasi fase gerakan mahasiswa di Aceh pada akhir milenium kedua.
Fase damai tak membuatnya jauh dari orbit aktivisme. Arabiyani masih berkelindan dengan isu kemanusiaan sembari terus mengasah kemampuan melukis serta mengejar titel akademik di bidang hukum.
Ia bersama beberapa teman-teman pengacaranya kelak mendirikan sebuah firma hukum. Di saat yang sama, mulai membentuk sebuah jejaring advokasi bernama Reqan.
Melalui unit kecil di Banda Aceh, Arabiyani bersama teman-temannya memotori gerakan revisi Qanun Jinayah. Gerakan ini diisi aktivitas daring dan luring yang digagas untuk mencabut pasal bermasalah dari qanun serta mengembalikan penegakan hukum kepada UU konvensional berkaitan dengan kekerasan seksual terhadap anak.
Arabiyani cum suis juga mengemas wacana advokasi melalui edukasi publik bernama “kencan”, sebuah kegiatan diskusi kritis secara daring yang digelar setiap malam minggu.
Ia juga mencoba menjajal hal lain, mengasuh perkumpulan yang mengusung pola hidup sehat melalui skema food combining. Perkumpulan ini banyak melahirkan kisah sukses dari orang-orang yang mengaku pada akhirnya mendapat tubuh proporsional sejak mengikuti pola makan yang dianjurkan.
Ketahuan melanggar larangan pola makan food combining yang telah disepakati berarti siap-siap mendengar ocehan Arabiyani. Ia memang dikenal cukup keras untuk hal satu ini.
Dulu Arabiyani intens mengunggah sesuatu di akun Facebook-nya, dan termasuk yang paling banyak muncul ialah lukisan-lukisannya. Namun, sejak Januari 2022 akun tersebut tak pernah mengunggah apa pun lagi, ia seketika menghilang dari peredaran.
Arabiyani ternyata mesti berangkat ke Jakarta untuk mengobati kanker rahim yang tengah menggerogotinya. Sabtu, 4 Februari 2023, sekerat kabar duka menyatakan bahwa Arabiyani telah meninggal dunia.
Ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Merupakan sebuah kebetulan yang terdengar masygul karena hari kematiannya bertepatan dengan peringatan Hari Kanker Sedunia.
Hitungan jam usai kabar duka, obituarium Arabiyani berseliweran di media sosial. Sejumlah media lokal bahkan secara khusus menuliskan tentang sosok perempuan itu.
Namun, Arabiyani sebenarnya adalah “banyak hal”, personanya jauh lebih dari sekadar perempuan yang ditabal oleh media sebagai pejuang, politisi, pengacara, ataupun istri seseorang. Jauh lebih penting, ia adalah entitas yang bukan cuma eksis, tetapi juga meninggalkan legasi.
Suatu malam di bulan Desember 2021, Arabiyani muncul dari balik kerumunan. Orang-orang yang melihat kedatangannya pun merasa lega, karena saat itu ia merupakan salah satu pengisi materi yang sudah ditunggu sejak tadi.
Arabiyani memang datang agak terlambat, sesi bahkan sudah berjalan hampir dua pertiga dari waktu yang ditentukan. Yang jarang orang tahu, malam itu Arabiyani baru saja pulang dari rumah sakit karena mengalami pendarahan.
Kayu bakar
Sisa dahan
Pohon kemarin yang ditebang
Sebagian sudah jadi bangku
Sebagian lain akan berubah jadi abu dan arang
Setelah bertemu api
(Arabiyani, November 2021)
Allah sayangi Iyak. 🥺