Pas Band, Boomerang, dan Jamrud adalah kuartet yang bergaung di Indonesia pada era 90-an. Jika Pas Band menjejal bentala permusikan via jalur indie, Boomerang dan Jamrud eminen melalui promotor bertangan dingin Log Zhelebour.
Yukie cum suis membawa sebuah ingatan di mana empat orang anak kecil sedang menatap satu sama lain dalam sebuah ruangan kira-kira 3×3 meter. Anak yang badannya paling gempal duduk di sudut dan tampak lebih serius ketimbang yang lainnya.
Ia mengangkat sebilah kayu di tangannya tinggi-tinggi seakan hendak memberi aba-aba lalu mulai menabuh pelat seng yang telah disusun mengelilinginya secara tak beraturan. Ruangan sempit itu pun seketika jadi damat gelumat oleh kakofoni bunyi.
Tiga anak lain berjingkrak-jingkrak seakan menikmati tabuhan yang amat memekakkan telinga itu. Mereka bahkan telah kerasukan seperti itu sejak pukulan pertama dimulai.
Anak yang jadi penggebuk drum bohongan tadi ikutan mengangguk-anggukkan kepala naik turun secara mekanis. Gerakan itu mirip seperti gerakan burung pelatuk yang sedang mencatok batang kayu.
Jika dilihat dengan teliti, keempat anak kecil itu membagi peran persis formasi minimal dari sebuah grup band. Dua anak memegang sepotong kayu pengganti gitar dan bass, sementara yang berdiri paling tengah memegang potongan kayu lebih panjang sebagai stan mikrofon.
Selain tabuhan kaleng dipadu dengan teriakan yang meledak-ledak tak beraturan, gitar dan bass ecek-ecek itu sungguh tak menghasilkan suara apapun kecuali gumaman. Seorang anak bertubuh ceking ada di antara keempat anak kecil yang sedang menggelar konser semu itu.
Kalau tidak salah ingat saat itu mereka baru menginjak kelas enam sekolah dasar. Tentu saja itu bukan program ekstrakurikuler, penggagasnya adalah si pemain drum, yang tak lain adalah anak pemilik panglong tempat mereka sering meminjam salah satu ruangan yang selama dijadikan sebagai gudang material kayu.
Apa yang mereka lakukan itu hampir menjadi kegiatan rutin sepulang sekolah sampai suatu hari anak pemilik panglong dipanggil oleh ayahnya. Tidak ada lagi “konser-konseran” sejak saat itu.
Di seberang panglong sebenarnya terdapat sebuah studio band. Beberapa band yang bermain di sana sering terdengar meng-cover lagu Jengah-nya Pas Band sampai mereka hafal irama riff-nya yang groovy.
Masa itu juga menjadi momen di mana anak-anak seperti mereka mengenal jauh lebih banyak glosarium musik. Merupakan sebuah kebetulan juga bahwa anak yang paling ceking memiliki kakak sepupu yang diberi gairah berlimpah dalam hal musik cadas.
Sekali waktu ia membawa pulang kaset pita album Metalik Klinik II-cover kaset tersebut berupa sebentuk hati hitam dengan warna latar merah. Dua judul di urutan pertama dalam kompilasi lagu band underground Indonesia itu adalah dua lagu yang paling melekat di telinganya, yakni Sangkakala dan Busuk, dibawakan oleh Plincore dan Deadly Ground.
Di dalam kamar tempat ia dan kakak sepupunya tidur, tertempel sebuah poster KIϟϟ dalam ukuran yang lumayan besar. Cover album Hard ‘N Heavy-nya Boomerang selalu membuatnya teringat akan grup band nyentrik asal Amerika Serikat itu: lidah menjulur keluar, riasan khas dengan sudut melancip tajam seperti simbol Batman, serta kostum berpaku.
Sementara itu, lagu-lagu Jamrud diperkenalkan oleh tetangganya yang kebetulan memiliki CD album Nekat (1996), yang notabene merupakan debut dari band tersebut. Dia tumbuh di era mana tiga grup musik yang punya basis massa solid, yakni Passer, Boomers, hingga Jamers, menggeliat.
Dari Pas Band, ia mengenal Sublim, satu nomor dari album Psycho I.D (1998). Lirik lagu dan aransemen lagu tersebut membawa spektrum lain dari banyak karya band asal Bandung itu dengan makna yang sebenarnya sangat tersirat baginya.
Sama seperti judulnya, Sublim baginya adalah carte blanche, sebuah penyerahan diri dan luapan ekspresi tak berkesudahan yang maujud dalam lirik. Tentu saja lagu ini jauh di atas Sesungguhnya dan Kami Tuju, single bertema religi yang dirilis oleh Pas Band belakangan.
Sementara itu, “kegelapan” terbesar yang terkurung di dalam dirinya terungkap melalui Sepi tak Bertepi dari album Boomerang Terapi Visi (2003). Itu menjadi sebuah lagu yang mendesaknya ke dalam palung paling dalam dari setiap keheningan yang bisa dicapai.
Terlepas dari semua motif di balik penciptaannya, nyatanya, Sublim, Sepi tak Bertepi, dan Ajari Aku Cara Mencintaimu dari All Access in Love (2006)-nya Jamrud, telah menjadi basis bagi pencapaian spiritualnya. Dari ketiga lagu tersebut ia mengenal ketiadaan, keterasingan, dan ketaktahuan seorang hamba di bawah lazuardi Tuhan.