Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk, merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia. Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah dapat meningkat. Hasil penelitian Framingham Heart Study terhadap kesehatan penduduk Framingham menunjukkan bahwa stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Pria yang menjalani pekerjaan penuh tekanan akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan kerja dengan tanggung jawab yang lebih ringan.
Kondisi stres tubuh akan meningkatkan sekresi epinefrin hingga 300 kali lipat dari kadar normalnya, tergantung dari jenis dan intensitas rangsangan stress. Kortisol meningkatkan aktivitas epinefrin, sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Karena hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan emosional pada penderita hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi terjadi peningkatan dengan persisten tekanan darah yaitu sistole ≥140 dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg.
Hipertensi sering disebut dengan silent killer atau pembunuh diam-diam karena orang yang mempunyai penyakit hipertensi sering tanpa gejala. Hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi pada masyarakat umum, merupakan faktor risiko utama penyebab kematian terbesar di seluruh dunia, menjadi penyebab terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner (PJK). Hipertensi menyebabkan 1,5 juta kematian per tahun di Wilayah Asia Tenggara. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliyar atau 29,2% menjelang tahun 2025.
Hipertensi tidak hanya pada usia lansia saja, tetapi anak-anak juga dapat berisiko terhadap terjadinya hipertensi. Faktor-faktor risiko ini dianggap tidak dapat diubah (misalnya usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga) atau dapat dimodifikasi (misalnya, obesitas, gaya hidup, merokok, koping terhadap stres).
Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas di tengkuk, atau kepala berat. Namun, gejala tersebut tidak bisa dijadikan ada tidaknya hipertensi pada seseorang. Salah satu cara untuk mengetahui adalah dengan melakukan pengecekan tekanan darah secara berkala. Seorang pasien biasanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi hingga ditemukan kerusakan dalam organ, seperti terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, atau gagal ginjal.
Penanganan hipertensi untuk pencegahan komplikasi dapat dengan berbagai cara antara lain terapi baik secara terapi farmakologis ataupun non farmakologis. Terapi farmakologi atau obat kimia yang biasa diberikan antara lain adalah obat-obatan jenis diuretik seperti HCT (Hydrochlorothiazide), alpha, beta dan alpha-beta blocker seperti propanolol, penghambat simpatetik seperti metildopa, vasodilator seperti hidralasin, dan masih banyak jenis lainnya.
Untuk terapi non farmakologis biasanya penderita dianjurkan untuk mengubah pola hidup sehat dengan cara mengatur pola makan serta olahraga. Selain hal yang sudah dijelaskan sebelumnya, penderita Hipertensi juga dilarang untuk stress atau lebih tepatnya mengatur tingkat stress. Salah satu terapi non farmakologis adalah meditasi spiritual. Meditasi spiritual digunakan untuk menurunkan denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, laju pernapasan, meningkatkan stabilitas sistem otonom selama stress, dan mengubah respon endokrin terhadap stress.
Salah satu contoh meditasi spiritual adalah terapi murottal Al-Qur’an. Al Qur’an memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap tubuh, terutama pada sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Dengan membaca Al-Qur’an akan memperkuat tingkat kekebalan tubuh seseorang. Dan bahkan mampu mengembalikan keseimbangan sistem sel, terutama sel otak dan jantung, yang merupakan organ paling utama dalam tubuh manusia. Kemukjizatan Al-Qu’an yang tidak bisa dicapai oleh sekedar ilmu sastra bahasa, ilmu alam semesta dan semacamnya. Al-Qur’an memiliki kemujikzatan penyembuh (I’jaaz syifa’iy) yang begitu istimewa. Allah SWT telah memasukkan ke dalam ayat-ayat dalam kitab-Nya, informasi yang bisa menjadi jembatan kepada telinga, lalu ke otak kemudian mereinstall sel-sel saraf, serta memberi input data dan informasi yang benar kepadanya, hingga kemudian sel-sel itu bekerja secara optimal.
Otak dan jantung merupakan dua anggota tubuh yang Allah hamparkan untuk kita. Allah menitipkan kedua organ tubuh yang memiliki rahasia begitu luar biasa itu kepada kita Allah SWT menjadikan jantung sebagai pengarah otak dalam bekerja. Bahkan para ilmuwan menyingkap adanya unit sel saraf yang tidak berfungsi di dalam jantung lalu mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan.
Terapi murrotal Al-Qur’an, yaitu mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an merupakan salah satu dari upaya pengobatan non farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah dengan menghilangkan stres dan meningkatkan rasa kebahagian dalam hidup manusia. Terapi murottal Al-Qur’an juga dapat mengurangi kecemasan dan mempercepat proses penyembuhan. Terapi murattal Al-Qur’an, salah satu upaya yang bisa sangat berguna dalam dunia kesehatan, terapi membacakan surat-surat Al-Qur’an terbukti menenangkan dan dapat menurunkan gelombang otak pada kondisi alpha pada fekuensi 7-12 Hz.
Salah satu cara melakukan relaksasi yaitu melalui suara yang dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu terapi dengan suara dapat dipilih sebagai metode alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah.
Terapi murottal Al- Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, Direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, wilayah Missuori AS, Ahmad Al Qadhi melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer.
Adapun pengaruh terapi murottal Al-Quran berupa adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukkan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung. Terapi murottal Al-Quran ini bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan menyangkutkan ke dalam reseptor-reseptor mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan.
Pada suatu penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat kemarahan yang berlebihan serta gaya ekspresi kemarahan yang berbeda (penekanan, ekspresi, atau kontrol kemarahan) dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Orang dengan tingkat ekspresi kemarahan yang tinggi ditemukan berisiko tinggi untuk penyakit jantung koroner dan peningkatan reaktivitas tekanan darah terhadap stress. Kondisi stress tubuh akan meningkatkan sekresi epinefrin hingga 300 kali lipat dari kadar normalnya, tergantung dari jenis dan intensitas rangsangan stress. Kortisol meningkatkan aktivitas epinefrin, sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Diah et al. menunjukan hasil penurunan tekanan darah setelah dilakukan pemberian murottal surah Ar-Rahman. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi et al. bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah pasien setelah dilakukan terapi murottal Al Quran. Terapi ini dapat diterapkan di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas, klinik dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terhadap pentingnya terapi murottal Al-Quran terhadap pasien hipertensi dan penyakit lainnya karena Al-Quran merupakan salah satu asy-Syifa yang berarti obat penyembuh. Allah berfirman, Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (QS Yunus [10]: 57). Pada ayat lain, Katakanlah, ‘Alquran ialah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. ‘ (QS Fushshilat [41]: 44).
Terdapat banyak sekali hal yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan mendengar murattal Al-Quran secara fisiologis, terutama dalam lingkup kardiovaskular. Diharapkan di masa yang akan datang banyak hal yang dapat ditemukan berkenaan dengan pendengaran murottal Al-Quran ini dengan tubuh manusia. Mengingat banyaknya penyakit kardiovaskular dan banyaknya golongan yang memiliki resiko tinggi untuk terkena permasalahn kardiovaskular, dengan ditemukan banyaknya penemuan tentang hubungan nadi manusia dengan pendengaran murottal Al-Quran diharapkan akan lebih banyaknya minat masyarakat untuk mendengarkan murottal Al-Quran jadi bukan hanya berdampak positif pada fisiologis tubuh tapi juga berdampak positif pada spiritualitas pendengar.
Penulis: dr. Zakiaturrahmi, M. Kes., AIFO-K, alumni Magister Ilmu Kedokteran Dasar Universitas Padjadjaran dan Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala