Di dunia musik, mode phrygian dikenal dengan beberapa nama yang acapkali diasosiasikan dengan daerah asal-muasalnya. Music Tales menerangkan bahwa Phrygian diambil dari Phrygia-sebuah peradaban yang berkembang sekitar 3.000 tahun lalu yang berpusat di Sungai Sangarios.
Menurut Wikipedia, kerajaan tersebut berada di bagian barat sentral Anatolia atau Asia Minor, sekarang Turki, serta pernah ditabal sebagai kerajaan dominan dari abad 1200-700 Sebelum Masehi. Salah satu cerita termasyhur dari Phrygia adalah kisah tentang simpul paling rumit yang tidak bisa diurai oleh siapa pun.
Diceritakan bahwa Alexander the Great berhasil memotong simpul tersebut dengan cara yang bervariasi. Kekuasaan yang dimiliki olehnya kelak dikait-kaitkan dengan ramalan bahwa orang yang berhasil melepas simpul tersebut akan jadi penguasa seluruh Asia.
Classic Cat menjelaskan bahwa dalam Kerajaan Yunani Kuno, phrygian dikaitkan dengan tangga nada tonos atau harmonia yang memiliki kesesuaian dengan mode dorian abad pertengahan dan modern.
Tonos atau harmonia sendiri berdasarkan pada skala atau spesies oktaf yang dibangun dari tetrachord (rangkaian empat nada yang mengisi interval keempat sempurna).
Singkatnya, spesies oktaf-yang dalam teori musik Yunani Kuno merupakan urutan interval tertentu dalam satu oktaf-kemudian dibangun di atas dua tetrachord ini yang dipisahkan oleh satu nada utuh. Ini setara dengan memainkan semua nada putih pada tuts piano dari D ke D (D E F G | A B C D).
Pada Abad Pertengahan, nama phrygian diterapkan pada urutan ketiga dari mode musik modal, yang otentik pada E, serta digambarkan sebagai oktaf diatonis yang memanjang dari E ke E satu oktaf lebih tinggi dan dibagi di B (E F G A B + B C D E).
Sebuah artikel dalam situs Roland Indonesia memberi eksplikasi bahwa phrygian adalah mode ketiga (3rd) dari skala mayor relatif (dimulai dan berakhir pada nada ketiga kunci). Penjelasannya, jika ditarik dari kunci C, maka nada skala mayor secara berurutan yaitu, C, D, E, F, G, A, B, C.
Dalam skala tersebut, phrygian memiliki nada yang sama persis, tetapi dimulai dan berakhir pada urutan nada ketiga sehingga akan menjadi E, F, G, A, B, C, D, E. Mode phrygian ini sering dikaitkan dengan tangga nada modal yaitu ionian, dorian, “phrygian”, lydian, mixolidyan, aeolian, dan locrian, mirip penjelasan yang diurai oleh situs Classic Cat soal mode musik modal.
Sejak abad ke-18, yang menandai kebangkitan dunia musik modern, phrygian dikaitkan dengan mode musik minor modern natural, yang juga dikenal sebagai mode aeolian. Penggunaan mode phrygian modern dapat dilihat pada skala phrygian dominant (E F G# A B C D E).
Adapun chord gitar dengan alas nada dari E yang bisa dimainkan untuk skala ini yaitu, E mayor, F mayor, G#dimished, Aminor, Bdimished, Caugmented, dan Dminor. Dalam kanal YouTube Signals Music Studio, susunan chords tersebut berada dalam skala phrygian dominant mode kelima harmonik minor.
Phrygian dominant dikenal juga sebagai skala-nya gipsi Spanyol, karena menyerupai tangga nada yang ditemukan dalam musik flamenco. Flamenco menggunakan skala phrygian, bersama dengan tangga nada yang dimodifikasi menyerupai maqam hijaz.
Maqam hijaz merupakan sistem mode melodi dalam musik tradisional Arab, memiliki ciri yang hampir sama dengan phrygian dominant, tetapi dengan urutan nada mayor keenam dan konfigurasi bimodal (penggunaan simultan dari dua koleksi nada yang berbeda) menggunakan urutan tangga nada kedua dan ketiga mayor dan minor.
Mode phrygian telah melewati musik pelbagai era, mulai dari Abad Pertengahan, Renaisans, Barok, hingga Romantik. Bahkan sampai saat ini, di mana riff dan lick gitar, terutama dari kancah heavy metal dengan pelbagai subgenrenya, berseliweran, skala phrygian hampir-hampir tidak bisa dielakkan.
Salah satu lagu yang lick gitarnya menggunakan unsur phrygian adalah Alibi miliknya Andra And The Backbone. Lagu yang terdapat di dalam album IV terbitan tahun 2014 itu membawa pendengar ke dalam buana gurun pasir pada menit 2.04 dengan petikan meniru suara sitar untuk menyambut kedatangan sayatan gitar elektrik.
Untuk riff gitar, dapat didengar dalam lagu berjudul Si Bandel miliknya Teaser dari Album Si Bandel (1998). Lagu ini memiliki intro “pemanggil” yang sulit untuk ditolak, dimulai dari repetisi hammer on-teknik memetik gitar-dalam beberapa bar yang dilanjutkan dengan efek distorsi dalam bentuk riff yang berbeda.
Berpindah ke gelanggang permusikan mancanegara, ada lagu Forty Six & 2 dari Tool. Meski datang dengan pola riff dan tempo yang berbeda, secara pribadi, lagu dari Album Ænima (1996) ini kadang bikin teringat intro lagu Teaser berjudul Si Bandel.
Selain itu, ada Gates Of Babylon-nya Rainbow dari Album Long Live Rock ‘n’ Roll (1978) yang punya warna yang sama dengan dua lagu sebelumnya, dan ada pula War, gubahan solois Joe Satriani dari Album The Extremist (1992). Selain itu, ada Kanal YouTube David Bennett Piano yang telah menyusun beberapa lagu menggunakan skala phrygian.
Antara lain, Set The Controls For The Heart Of The Sun-nya Pink Floyd dari Album A Saucerful of Secrets (1968), Wherever I May Roam-nya Metallica dari Album Metallica (1991), dan The Sound of Muzak-nya Porcupine Tree dari Album In Absentia (2002).
Lagu-lagu yang mengedepankan skala phrygian mengantarkan getaran padang pasir-phrygian lebih sering diasosiasikan dengan musik Timur Tengah-yang bernuansa eksotis, dramatis sekaligus gelap. Namun, kemungkinan unsur terakhirlah yang membuat skala phrygian mendapat tempat, karena di sanalah letak kesunyian berada, di mana musik dapat beririsan dengan spiritualitas.